Gain
Disebut
juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas
dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan
seberapa sensitive input yang kita inginkan diterima oleh console.
Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape
deck, dll). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal
yang akan masuk ke console. Bila signal lemah, maka dapat dilakukan
penambahan, bila terlalu kuat dapat dikurangi.
Contoh :
untuk penyanyi yang suaranya lemah atau tidak meiliki power yang
baik, diperlukan penambahan gain yang lebih. Sedangkan untuk gebukan
kick drum, mungkin dilakukan dengan sedikit penambahan. Ini dilakukan
agar menjaga setiap input yang masuk ke mixer tetap optimal. Input
gain yang terlalu besar akan menyebabkan distorsi, sedangkan kalau
terlalu lemah akan membutuhkan penambahan yang bila berlebihan akan
menyebabkan noise.
Jadi
input gain stage adalah hal yang paling penting dan kritis, karena
dari sinilah semua suara yang berkualitas dimulai. Makanya
usahakanlah untuk menjaga agar setiap input tetap clean dan clear
sebisa mungkin. Sebab noise dan distorsi yang diakibatkan dalam poin
ini akan mengalir terus ke seluruh system dan membuat seluruhnya jadi
terganggu. Bila ternyata input gain sangat besar atau bahkan terlalu
besar sehigga setelah dikurangi juga masih saja terlalu kuat, maka
untuk itu terdapat switch PAD pada console yang fungsinya adalah
untuk menurunkan gain input signal mulai –20 sampai –30 db.
EQ
pada channel
Pada
setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section.
Fungsinya yaitu sebagai pengatur tone untuk me-modifikasi suara yang
masuk pada channel tersebut. Umumnya sound engineer melakukan
perubahan sound melalui EQ bertujuan dua :
untuk
mengubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai
- untuk
mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback,
dengung, overtune, dll.
Pengaturan
yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi, kemudian
penambahan dan pengurangan (boost/cut). Atau ada juga yang lebih
kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun tak
perduli seperti apa tipe EQ yang terdapat dalam console, karena tetap
dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik.
EQ
yang fix
Yang
dimaksud fix di atas adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol
untuk mmilih frekuensi yang akan disetting. Karena frekuensi yang
akan “dikerjai” telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi
pada EQ jenis ini mirip denga pembagian yang terdapat pada crossover,
hanya terdiri atas :
Memutar
tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 db
tergantung mixing console apa yang anda gunakan. Keuntungan EQ yang
fix adalah :
Harga
yang relatif ekonomis,
Terhindar
dari kesalahan pemilihan frekuensi yang akan disetting, kesalahan
seperti ini bisa disebabkan oleh sound engineer (penata suara) yang
kurang berpengalam.
- keuntungan
yang terakhir adalah hemat waktu dalam pen-settingan.
Namun
ada juga kekurangannya seperti kita tidak dapat memilih frekuensi
khusus yang kita inginkan karena semua frekuensi telah ditetapkan
dari pabriknya.
Sweepable
EQ
Biasa
disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric (bukan full
parametric-karena tanpa pengatur bandwitch). Pada EQ yang full
parametric kita dapat melakukan pengaturan untuk setiap parameternya.
Apakah itu parameter frekuensi, bandwitch, ataupun parameter level.
EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan
biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan system EQ-3 atau 4
jalur.
Cara
kerja :
Lakukan
pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur.
Putar
tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi
yang kita pilih tadi. Misalnya untuk mengatur frekuensi low mid pada
drum.
Biarkan
frekuensi lain tetap pada sound flat.
Putar
tombol boost/cut sampai habis ke kiri, atau pada posisi kira-kira
jam 7.
Putar
tombol frekuensi sampai sound yang terdengar boomy tadi terdengar
hilang.
- Setelah
frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol
boost/cut. Karena melakukan pemotongan yang terlalu ekstrm pada
frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdengar “kosong”.
Kita
juga dapat melakukan pengaturan untuk vokal pada frekuensi 3,5KHz
saja tanpa memengaruhi keseluruhan frekuensi Hi Mid lainnya. Mixing
console dengan pengaturan mid tunggal biasanya bisa dibeli dengan
harga yang lebih ekonomis, sementara mixing console versi lain yang
dilengkapi dengan pengaturan Low Mid dan Hi Mid agak lebih mahal.
Ada
juga model pengaturan Eq dengan tombol Mid yang sebenarnya sama saja
dengan tipe sebelumnya. Hanya saja tombol pemilih frekuensi dan
tombol cut/boost berada dalam satu tempat. Untuk frekuensi diatur
oleh tombol yang sebelah luar, sedang untuk boost atau cut dilakukan
oleh tombol sebelah dalam. Tipe ini juga sering terdapat pada mixing
console yang full parametric Eq dengan system 4 way. Desain seperti
ini dilakukan oleh pabrik pembuatnya karena alasan menghemat tempat.
Desain sebuah mixing console juga merupakan suatu hal yang penting
dan menentukan.
Pengaturan
lainnya pada channel
48v
Phantom
Ada
beberapa tipe microphone yang salah satunya adalah merupakan mic
condeser, mic jenis ini butuh tenaga tambahan untuk membuatnya
bekerja. Untuk itulah tombol 48v phantom berfungsi yang bila
diaktifkan akan mengirim 48v DV ke microphone sebagai penyuplai
tenaga, atau juga ke DI Box aktif. Perhatikanlah baik-baik, karena
pada beberapa mixing console tidak terdapat switch phantom secara
individual, melainkan hanya terdapat satu tombol saja untuk
mengaktifkan phantom bagi seluruh channel, maka periksalah terlebih
dahulu, bila semua kabel yang terkonek ke konsole adalah merupakan
input balance, ini tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi bila salah
satu atau beberapa di antaranya merupakan tidak balance, maka ini
akan menimbulkan masalah.
PAD
Seperti
yang telah diterangkan sebelumnya, tombol ini berfungsi untuk
mengurangi gain input dari 20 samapi 30db. Tombol ini bukan merupakan
tombol putar yang bisa diatur pengurangannya, melainkan tombol tekan.
Bila tombol PAD ditekan gain input akan berkurang antara 20 sampai
30db tergantung mixer (baca:manual booknya). Dan bila anda kurang
teliti, ini akan menyebabkan mic jadi tidak terdengar karena
pengurangan tersebut. Jadi tombol PAD diperlukan hanya untuk signal
yang overload. Dan itupun bila setelah dikurangi pada tombol gain
ternyata masih tetap terlalu kuat.
Reverse
Adalah
untuk membalikan phase. Pada setiap masukan selalu terdiri minimal
lebih dari satu sambungan. Misalnya microphone yang dengan konektor
XLR pasti terdapat tiga pin (pin1-ground, pin2-hot/positif, pin3
cold/negatif). Bila salah satu pin terbalik (pin2 dan pin3), maka
suara yang dihasilkan akan berbeda. Ini sangat terasa bila terjadi
pada channel kick drum, kalau pin berada pada posisi benar, maka pada
saat kick dihentak, konus speaker akan bergerak kedepan dan
menghembuskan udara ke arah anda bukannya ke belakang. Sedang kalau
pin terbalik, konus akan bergerak ke belakang dan menghisap udara
dari arah anda.
Untuk
itulah tombol reverse berguna, yang bila diaktifkan akan membalik
phase dari channel (positif menjadi negatif). Ini juga berguna untuk
kasus dua buah mic dengan posisi sangat berdekatan sehingga terjadi
canceling phase, yang akan mengakibatkan sound terdengar hampa
(dengan kehilangan suara rendahnya). Hal ini sering terjadi bila anda
tidak teliti terhadap semua plus minusnya kabel. Dan jangan cepat
panik bila saat anda setting disuatu tempat, anda mendengar nada
rendah yang terlihat loyo, bisa terjadi dikarenakan keterbalikan
phase tersebut.
Contoh
sederhana : hubungkan output dari cd player ke mixing console
dan dengarkan suaranya dengan seksama. Kemudian tekanlah tombol
reverse dari salah satu channel. Dengarkan lagi suaranya, pasti salah
satunya lebih baik.
Mic/line
Switch
tekan ini untuk mengubah sirkit gain control. Tergantung apakah yang
menjadi input adalah mic, effect return atau tape deck/CD. Pada
banyak mixing console terdapat terminal input yang terpisah antara
mic dan line input pada channel yang sama. Input mic biasanya
menggunakan tipe konektor balans 3 pin XLR atau kadang biasa disebut
jack Canon. Sedangkan line input menggunakan jack seperti yang biasa
dipakai jack gitar.
Hal
ini memungkinkan untuk mencolokkan dua input yang berbeda dalam satu
channel, dan switch ini untuk mengaktifkan salah satu input yang kita
inginkan di antara keduanya. Sebagai contoh, anda dapat mencolokkan
effect return dngan gain yang diset rendah pada mic input kemudian
mencolokkan lagi tape deck pada line input channel yang sama. Pada
saat band sedang show dan tape deck tidak dibutuhkan, anda tinggal
men-switch tombol tersebut pada posisi mic. Kemudian pada saat band
telah selesai dan butuh playback musik dari tape deck/CD, anda juga
tinggal men-switchnya pada posisi line. Ini bisa dilakukan untuk
menghemat channel, khususnya apabila console yang digunakan tidak
terlalu besar.
High
Pass filter
Akan
memotong frekuensi rendah dari input yaitu dari 80 Hz ke bawah. Ini
dapat diaktifkan (IN) bila dari sumber suara tidak memproduksi suara
dengan jangkauan frekuensi serendah itu. Misalnya Hi-Hat, vokal,
gitar (khususnya akustik). Namun tidak perlu diaktifkan (OUT)
terhadap channel drum (kick dan beberapa tom) dan bass gitar. Karena
bila diaktifkan akan mengakibatkan channel tersebut kehilangan
frekuensi rendahnya.
EQ
In/Out
Merupakan
switch sederhana untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan section EQ
pada channel. Juga berguna untuk membandingkan sound yang telah diEQ
hanya dengan menekan tombol tersebut bolak-balik.
Group
Assigns
Disebut
juga Subgroup Assigns, hanya terdapat pada mixing console yang
memiliki group. Misalkan pada mixing console tersebut tertulis 16/2
berarti 16 channel 2 output (L/R). Ini menunjukkan bahwa mixing
console tersebut tidak memiliki group. Namun bila tertulis 16/4/2,
ini berarti mixing console tersebut memiliki 16 channel, 4 group dan
2 master L/R. Group assigns adalah yang menentukan kemana signal
channel akan dikirim. Apakah ke group atau ke master L/R. Misalnya
dalam sebuah mixing console yang memiliki 4 group, kita dapat
mengirim semua channel drum ke group 1, gitar dan bas ke group 2,
keyboard ke group 3 dan vokal ke group 4.
Sedangkan
bila tersedia 8 group, kita dapat melakukan hal yang sama namun
semuanya dalam stereo. Yang kemudian seluruhnya dikirim ke master
L/R. Mungkin akan timbul pertanyaan, sepertinya ini tidak begitu
berarti, karena akhirnya seluruhnya dikirim juga ke master L/R.
Bukankah lebih baik mengatur langsung dari master? Tapi dalam
kenyataannya tidak begitu. Misalnya pada saat soundcheck kita telah
membalans dan menyeimbangkan seluruh channel dan kemudian kita
gabungkan dengan bass gitar dalam group 1-2.
Pada
saat pertunjukan sedang berlangsung, kita hanya perlu mengawasi group
1-2 saja untuk mengontrol level keseluruhan channel drum dan bass.
Begitu juga dengan backing vokal atau instrument yang kita gabungkan
dalam group yang sama. Sebagian besar group assigns juga dilengkapi
dengan pan control individual. Menggunakan group akan sangat membantu
kita mengoperasikan system pada penampilan live.
signal
dari channel dapat dikirim ke group mana yang kita mau atau juga
dikirim ke master. Misalnya kita kirim channel penyanyi utama ke
master L/R sedang channel dari backing vokal ke group yang kemudian
di-insert gate hanya untuk group tersebut. Dan masih banyak
kemungkinan lain.
PFL
dan SOLO
Tombol
PFL (Pre Fade Listening) akan membantu untuk mendengar (melalui
headphone) channel yang tombol PFL / SOLOnya diaktifkan. Juga untuk
men-check gain signal pada channel. Misalnya pada saat soundcheck,
sebelum membuka fader dari channel, tekan tombol PFL, maka pada led
indikator channel akan terlihat seberapa besar gain input yang masuk
(apakah overload atau terlalu kecil) sebelum suara dikirim ke seluruh
system.
Pada
beberapa tipe mixing console terdapat hanya tombol SOLO yang berguna
pada saat soundcheck dan berfungsi untuk mengirim hanya channel yang
ditekan tombol solonya ke master L/R. Ingat! Pastikan tombol ini
dalam posisi out sebelum band mulai bermain. Atau ini akan menjadi
hal yang sangat memalukan.
Auxiliary
Sends
Dari
tombol putar ini dapat dikirim signal dari channel tersebut keluar
mixing console (melalui terminal aux out pada terminal keluaran di
panel belakang mixer), kemudian dari tombol ini juga dapat dikontrol
level signal yang dikirimnya tadi. Signal yang dikirim ini terpisah
sama sekali dari keluaran master. Ini berguna untuk mengirim signal
ke system monitor, atau juga ke berbagai macam unit effec, dan dari
keluaran effect dikirim lagi ke channel yang berbeda pada mixing
console. Mixer yang pling sederhana sekalipun sedikitnya memiliki
satu atau dua AUX SEND. Satu untuk mengirim signal ke monitor dan
satu untuk mengrim effect (echo, reverb). Sedang pada mixing console
yang lebih besar memiliki 4-6 atau 8 aux send yang kemudian dibagi
lagi atas Pre Fade atau Post Fade.
Pre
Fade
Pada
mixer besar umumnya terdapat auxiliary yang terbagi atas pre fade dan
atau post fade. Signal yang dikirim dari Pre fade tidak mengalami
pengaruh dari channel atau belum mengalami proses dari channel.
Itulah makanya Pre fade yang Pre EQ baik dan ideal digunakan untuk
mengirim signal ke monitor section.
Post
Fade
Adalah
kebalikan dari pre fade. Yang semua signal yang dikirim melalui post
fade adalah telah melalui proses dari channel atau ikut pengaruh dari
channel fader, baik EQ maupun levlnya. Post fade sering digunakan
untuk mengirim signal ke effect, atau mengirim signal ke mixer yang
tepisah untuk keperluan broadcast (Stasiun TV atau Radio), dll. Tidak
ada keterikatan dalam pemilihan penggunaan Auxiliary Send. Bisa saja
menggunakan Pre fade untuk mengirim signal ke effect karena akan
mendapatkan level original dariminput. Hanya saja tetap harus
melakukan pengontrolan level dari effect pada saat yang bersamaan.
Auxiliary
Master
Setiap
auxiliary dari channel memiliki satu tombol lagi sebagai pengatur
level untuk keseluruhannya. Misalnya aux 1 setiap channel memiliki
master aux 1 untuk mengatur seluruh level dari aux 1 setiap channel.
Begitu juga auxiliary lainnya. Yang berarti bila mixer meiliki 4
auxiliary out, maka akan terdapat 4 auxiliary master. Perhatikan
beberapa tombol sejenis seperti Aux Master, Effect Master, Monitor
Master, atau sesuatu yang kurang lebih adalah berfungsi sama. Untuk
pen-settingan awal putar tombol tersebut pada posisi jam 2, baru
lakukan pen-settingan pada channel. Bila ternyata masih kurang kuat,
tambah lagi, atau bila terlalu keras, kurangi. Semuanya tergantung
situasi.
Auxiliary
Return
Signal
yang telah dikirim melalui auxiliary out ke unit effect apakah Delay,
Reverb atau lainnya akan dikirim kembali ke mixing console untuk
digabungkan dan diseimbangkan secara tepat dengan level dari signal
orisinil source tadi. Walupun cukup banyak juga mixing console yang
memiliki pengaturan effect return secara khusus. Yang biasanya bukan
dalam bentuk slider (potensio geser). Bila memang masih terdapat
channel yang dapat digunakan sebagai masukan effect, kita dapat
melakukan pegaturan sengan slider yang lebih memudahkan seperti
melakukan pengaturan pada channel standard. Namun pengaturan dengan
aux return juga sama seperti yang kita lakukan pada channel, hanya
dengan memutar ke arah kanan dan kiri untuk menambah dan mengurangi
level effect. Perhatikan! Bila anda membuka sedikit saja Aux Send
dari channel yang telah digunakan sebagai effect return, akan
berakibat feed back dan noise. Atasi segera dengan menurunkan level
dari channel, kemudian periksa Aux Send pada channel.
Teknik
Setting EQ
Memang
sulit men-setting EQ karena sangat tergantung selera, akustik
ruangan, dan faktor-faktor lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, mulai dengan menetralkan semua EQ di posisi 0 atau flat, lalu
besarkan seluruh volume 50%. Pastikan bahwa anda sudah puas dengan
posisi speaker dan gain subwoofer.
Setelah
itu, putar CD yang anda hafal soundnya, dan sesuaikan tiap-tiap
frekuensi band EQ satu-persatu. Jangan sekaligus beberapa band
frekuensi ! Satu band saja dan dengarkan lagi. Selesaikan satu
band tersebut sampai soundnya bisa diterima. Lalu lanjutkan ke band
frekuensi lainnya.
Selama
melakukan ini, bisa saja anda menyesuaikan band sebelumnya kembali
karena bunyi sound masih berubah-ubah sepanjang penyesuaian. Memang
langkah ini sangat memakan waktu, tetapi hasilnya sangat memuaskan.
Aturan
Emas EQ dari Bobby Owsinsky
-
Bila bersuara ‘becek / berlumpur’ (muddy), potong (cut) di area
250Hz
- Bila berbunyi ‘kaleng’ (honky), potong di area
500Hz.
- Potong (cut) bila anda menginginkan suara yang lebih
baik.
- Tambah (boost) bila anda ingin membuat bunyi unik /
berbeda.
- Kita tidak dapat mem’boost’ bila memang frekuensi
itu tidak ada di sumber bunyi.
Gunakan
bandwidth Q sempit sewaktu ‘cut’, gunakan Q lebar waktu ‘boost’.
Bila anda menginginkan suatu suara menonjol, kurangi bagian
bottom/low. Bila anda menginginkan suara itu bercampur dengan suara
lainnya, kurangi bagian top-high nya
Setting
GATE
Salah
satu perangkat yang sering digunakan dalam sound system adalah Gate.
Terutama setting sound drum,dimana komponen seperti snare, hihat,
tom, kick dll letaknya berdekatan dan rawan kebocoran bunyi.
Secara
singkat Gate adalah : alat yang tidak akan meneruskan sinyal (dalam
satuan dB) apabila nilai level signal-nya di bawah nilai threshold
yang ditentukan. Lalu kontrol apa yang biasanya menjadi standar dalam
perangkat Gate? Yang utama adalah :
- Threshold :
kontrol ini yang akan menentukan di level berapa signal
diperbolehkan masuk gate. Apabila di bawah nilai ini, maka signal
akan ditutup dan tidak diteruskan. Semakin besar dB yang kita
set, semakin besar signal yang dibutuhkan untuk membuka gate.-
Attack : mengontrol kecepatan gate bereaksi apabila signal
sudah memasuki ambang threshold.- Release : menentukan
seberapa cepat gate kembali menutup setelah sebuah signal dibiarkan
melewati gate.
Setiap produsen menambahkan fitur-fitur lain
sebagai pelengkap. Bacalah manual alat tersebut. Atau luangkan waktu
untuk mencoba berbagai fitur tersebut.
Gate biasanya disisipkan di
insert mixer. Mengapa demikian? Dengan melewati insert mixer, berarti
signal sudah melalui proses treatment gain melalui gain / trim. Hal
ini akan mempermudah kita apabila ada permasalahan yang timbul di
tengah pertunjukan.
Setting
Gate : dapatkan struktur gain dengan meminta pemain drum untuk
mencoba dulu satu persatu. Mulai kick, snar, hihat, tom. Setelah itu
lakukan sedikit equalisasi sampai sound dari masing-masing channel
dianggap memuaskan. Baru setelah itu kita tentukan setting threshold
Gate. Tentukan nilai attack terbaik agar gate bereaksi secepat
mungkin dan natural . Kalo sudah dengarkan hasilnya. Apabila ada
bunyi sustain mengganggu maka putuskan berapa nilai release terbaik.
Lakukan
proses ini satu persatu, mulai kick, snar, hihat, dan seterusnya
sampai semua yang perlu di gate telah masuk. Ingat bahwa drummer
adalah manusia yang staminanya bisa menurun. Karena itu tentukan
nilai threshold dengan bijak. Jangan terlalu ekstrim menentukan
threshold karena nantinya mengakibatkan hasil sound tidak natural.
Artikel
ini tidak serta merta membuat kita jadi piawai dalam men-setting
gate, tentunya tetap dibutuhkan praktek dan latihan untuk
mengasahnya. Selamat mencoba – Uki Tridaya
Panduan
cepat Mr. Mik Fielding meng - EQ instruments
Kick
Drum : 60-80 Hz Bottom depth; 2.5kHz Slap attack
Snare
Drum : 240 Hz Fatness; 2-3kHz Crispness
Hi-Hat
Cymbal : 200 Hz Clank; 2-4kHz Stick hit metal ; 6-8kHz
Harshness; above 8 kHz Shimmer
Rack
Toms : 240 Hz Fullness; 2-4kHz Attack; 8kHz Overtones
Floor
Tom : 120 Hz Fullness; 2-4kHz Attack; 8kHz Overtones
Bass
Guitar : 60-80 Hz Bottom; 700-1kHz Attack or Pluck; 2.5 kHz
String Noise or Pop
Acoustic
Guitar : 80-120 Hz Bottom; 240Hz Body; 2.5-5kHz Clarity;
Electric
Guitar : 100-250Hz Body; 2.5-3KHz Clarity; 6-8kHz Presence.
Electric
Organ : 80-120 Hz Bottom; 240Hz Body; 2.5kHz Clarity
Piano
: Bottom at 80-120Hz; Clarity at 2.5-5kHz; "Honky Tonk"
sound with high "Q" at 2.5kHz
Horns
: Fullness at 120-240Hz; Shrill at 5-8kHz
Strings
: Fullness at 240Hz; Scratchiness at 7-10kHz
Conga/Bongo
: Resonance at 200-260Hz; Presence/Slap at 2-4kHz
Vocal
: Fullness at 120Hz; Boominess at 200-280Hz; Presence at 5kHz;
Sibilance at 6-7kHz
Setting
EQ Pidato
Secara
garis besar, frekuensi pidato dapat dibagi atas 3 area utama :
fundamental, huruf hidup (vowel : a, i, u, e, o) dan huruf mati
(konsonan).
Fundamental
pidato ada di frekuensi 125-250 Hz. Disini kualitas suara terdapat.
Kita dapat mengenali suara si pembicara di frekuensi ini.
Huruf
hidup muncul di frekuensi 350 Hz – 2 kHz. Huruf mati muncul di 1,5
– 4 kHz.
60 %
energi suara muncul di frekuensi 63 - 500 Hz dengan hanya 5 % tingkat
kejelasan suara. Sementara itu area 500 Hz – 1 kHz menampilkan 35 %
kejelasan suara. Dan akhirnya area 1 – 8 kHz menghasilkan 60 %
kejelasan suara.
Terlalu
banyak boost di antara 1 – 4 kHz dapat menyebabkan pendengar lelah.
Tetapi vokal dapat dibuat menonjol dengan boost di 3 kHz. Terlalu
banyak boost di area 5 -16 kHz dapat menyebabkan sibilance (desis
‘ssss’) - Devin DeVore
Feedback
Eliminator / Destroyer
Bila
anda tidak memiliki sound operator tetap, sebaiknya anda
mempertimbangkan untuk menggunakan Feedback Eliminator / Destroyer.
Alat
ini adalah sebuah prosesor elektronik yang mencari dan menghancurkan
feedback. Bila sebuah feedback muncul, maka secara otomatis alat ini
akan mencari frekuensi feedback tersebut dan menakik nya (notches it
out). Waktu feedback muncul lagi di frekuensi yang lain, maka alat
tersebut akan mengirim filter kedua sebagai penyelamatnya - Lorne
Atkins
Cut
atau Boost EQ ?
Alasan
mengapa EQ lebih baik di 'cut' (kurangi/potong) dibandingkan dengan
di 'boost' (dinaikkan) adalah karena dengan boosting, maka kita juga
mem -boost noise di sinyal tersebut. Coba saja. Boost tiap frekuensi
dan dengarkan hasilnya. Bila anda pikir sound nya bertambah enak,
silahkan saja. Siapa tahu ? - Ian Waugh
Mixing
Hal
pertama yang diperhatikan orang adalah penyanyi utama. Pastikan bahwa
mereka terdengar baik dan cukup keras, baru kemudian kita mengolah
gitar, keyboard, drum, dan sebagainya - Dave
Kabel
speaker vs kabel instrumen
Kabel
untuk speaker tidak baik digunakan sebagai kabel instrumen. Begitu
pula sebaliknya. Karena kabel instrumen hanya mampu membawa sedikit
tenaga (low power) dan ber-hambatan tinggi (high impedance / High Z).
Sedangkan kabel speaker sebaliknya : high power dan hambatan rendah
(low Z).
Bila
anda menggunakan kabel instrumen sebagai kabel speaker, mungkin anda
akan baik-baik saja di sinyal rendah. Pada sinyal tinggi, anda akan
mengalami berbagai masalah dalam bentuk ampli mengalami panas
berlebihan, speaker berbunyi distorsi (peak), atau kabel hangus.
Bila
kita menggunakan kabel speaker untuk instrumen, maka bisa jadi anda
akan mengalami noise karena induksi dari perlengkapan listrik di
sekeliling (lighting, dan sebagainya). Mengapa demikian ? Karena
kabel speaker hanya memiliki pelindung luar yang tipis, sedangkan isi
kabel dalamnya besar dan tebal. Induksi mudah masuk dan terbawa
oleh kabel hingga berbunyi di speaker kita – www.fender.com
Total
Harmonic Distortion (THD)
Total
Harmonic Distortion adalah sebuah indikator di amplifier atau pre-amp
tentang seberapa jauh penurunan kualitas suara terjadi. THD diukur
dengan cara membandingkan output dengan input.
Suara
terdiri dari berbagai frekuensi. Kualitas suara input (frekuensi)
dapat mengalami penurunan setelah diproses oleh alat tersebut. Besar
penurunan kualitas ini dinyatakan dengan angka THD. Misalnya THD
0.004 %, artinya kualitas suara menurun 0,004% dibandingkan aslinya.
Semakin
kecil nilai THD, semakin bagus kualitas alat tersebut -
www.stereos.about.com
Tipe-tipe
Reverb
Ada
beberapa tipe program reverb. Mari kita lihat lebih detail :
Tipe
ROOM : reverb tipe ini adalah simulasi suara yang berbentuk ruangan.
Simulasi suara ini mencerminkan ruangan yang lebih kecil dibandingkan
tipe HALL.
Tipe
HALL : tipe ini menghasilkan sound yang lebar, hangat, dan besar.
Mencerminkan ruangan aula yang besar.
Tipe
PLATE : tipe ini sangat sesuai untuk vokal. Pada jaman dahulu
pembuatan reverb Plate dilakukan dengan cara mengirim sound ke sebuah
plat metal yang akan memantulkannya kembali bolak balik. Suara
vibrasi pantulan ini kemudian direkam kembali menjadi audio signal.
Reverb ini bersifat cerah (bright) dan jernih (clean) sehingga cocok
untuk vokal.
Tipe
CHAMBER : dahulu kala, semua studio memiliki ruang pantul (echo
chamber). Suara dikirimkan ke ruang pantul ini, kemudian direkam
kembali. Suara pantulan inilah yang dinamakan reverb Chamber –
www.emusictips.com
Pembicara
Penting
Banyak
pembicara terbiasa mendengar suara mereka lewat speaker dan
menyesuaikan volume dan kualitas suara mereka sesuai apa yang mereka
dengar. Mereka butuh speaker monitor yang baik agar percaya diri
dengan suara mereka.
Suara
monitor yang terlalu kecil akan menyebabkan pembicara mendekatkan
diri ke mic atau berteriak. Bila monitor terlalu keras akan
menyebabkan mereka menjauh dari mic dan berbicara lembut. Perhatikan
bagaimana mereka memegang mic – bila terlalu jauh, kecilkan
monitor. Bila terlalu dekat, keraskan monitor - Dr. Dale A.
Robbins
Rasio
Signal to Noise (S/N)
Rasio
Signal to Noise (S/N) adalah jarak antara level sinyal dengan level
dimana mulai terdengar noise. Besarnya S/N biasanya dinyatakan dalam
dB (desibel).
Untuk
mengetahuinya secara praktis (selain membaca manual alat) dapat kita
gunakan cara berikut : Tanpa ada bunyi sinyal apapun, kita naikkan
volume sampai kita mendengar adanya bunyi noise. Itulah nilai S/N
dari alat yang kita operasikan.
Nilai
S/N 30dB artinya ada 30dB sinyal dengan 0dB noise, dan juga berarti
ada 31dB sinyal dengan 1dB noise, serta ada 50dB sinyal dengan 20dB
noise, dst.
Semakin
besar nilai S/N berarti semakin bebas alat tersebut dari noise. Alat
dengan S/N 70dB lebih baik dari alat dengan nilai S/N 40dB. Alat
pertama dapat menghasilkan bunyi yang bebas noise hingga 70dB,
sedangkan alat kedua hanya mampu menghasilkan bunyi bebas noise 40dB
saja.
Dengan
mengetahui batas S/N, maka kita akan tahu sampai batas mana audio
yang kita hasilkan bersih dari noise – Benjamin Soegiaman &
JS
Setting
compressor
Compressor
adalah sebuah alat yang sangat berguna. Di live music, kompresor
diguanakan untuk membatasi peak sinyal. Kompresor dapat meningkatkan
dan membumbui suara, tetapi bila di set terlalu tinggi akan merusak
suara. Ingat hal ini : Hanya gunakan kompresor bila dibutuhkan,
jangan meng-kompres hanya karena kita memiliki kompresor yang bagus !
Berikut
adalah beberapa tips tuntunan dalam menggunakan kompresor. Tidak
setiap kasus cocok dengan tips ini, tetapi tips ini patut dicoba
sebagai bahan dasar untuk melakukan perbaikan lebih jauh.
Kick
Drum - ratio 8:1, attack di bawah 2ms, reduksi maksimum 10dB.
Snare
Drum – ratio 3:1, auto attack release, threshold -10dB. Bila
menginginkan suara yang dalam, gunakan ratio antara 4:1 - 6:1, attack
5-10ms, release sekitar 150ms, reduksi maksimum 10dB.
Elektrik
Gitar – ada 3 ide yang patut dicoba : Ratio antara 3:1 – 5:1
dengan auto attack release dan reduksi 8-10dB. Ratio antara 4:1 -
10:1 dengan attack 10-50ms dan release 0,4 detik. Untuk menghasilkan
sound yang kuat, coba ratio lebih tinggi dan release lebih cepat
Bass
- ratio antara 4:1 - 8:1, attack 50ms, release time 0,4 seconds,
reduksi 6-10dB.
Vokal
– ratio antara 4:1 - 8:1, attack yang cepat, release 0,5 detik,
reduksi 4-6dB.
Jangan
terlalu gila-gilaan meng-kompres vokal ! - OldBarn Audio